Pisang Mas Kirana Jadi Perhatian Utama FAO dalam Program OCOP

By Al


nusakini.com - SURABAYA – Pisang Mas Kirana, komoditas unggulan dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kini mendapat perhatian besar dari Badan Pangan Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO). Pisang ini terpilih sebagai produk unggulan yang mewakili Indonesia dalam program One Country One Priority Product (OCOP) yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing komoditas pertanian negara-negara berkembang di pasar global.

Dalam kesempatan tersebut, Liferdi Lukman, Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian (Kementan) yang juga sekaligus National Project Coordinator (NPC) program OCOP, menjelaskan bahwa Pisang Mas Kirana memiliki potensi besar sebagai produk unggulan Indonesia. Pisang ini tidak hanya tumbuh subur di Indonesia, tetapi juga telah berhasil mencuri perhatian pasar internasional, termasuk Malaysia, Jepang, dan Singapura.

“Pisang Mas Kirana merupakan buah asli Indonesia yang diproduksi secara besar-besaran, bahkan produksinya meningkat 4,5 persen dari tahun 2020 hingga 2023. Pisang ini penting dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, serta berperan besar dalam peningkatan devisa negara melalui ekspor,” ujar Liferdi, Sabtu, 19 Oktober 2024, dalam acara di Surabaya.

Liferdi menambahkan, komoditas pisang di Indonesia, khususnya Pisang Mas Kirana, memiliki daya saing yang cukup tinggi di pasar global, berkat cita rasa dan kualitas yang khas. "Pisang Mas Kirana sudah terkenal di pasar regional dan global. Dengan program OCOP, kami berharap pisang ini bisa semakin dikenal dan diminati di pasar internasional," katanya.


Program OCOP dan Kolaborasi dengan Kampung Hortikultura

Program One Country One Priority Product (OCOP) yang digagas oleh FAO memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi komoditas unggulan suatu negara dan memperluas akses pasar global. Program ini selaras dengan program One Village One Variety (OVOV) yang digagas Kementan untuk menciptakan kawasan satu komoditas dengan skala ekonomi tinggi.

“Kami siap mengadakan lokakarya awal dalam rangka Technical Cooperation Programme (TCP) yang bertujuan untuk mengembangkan produksi pisang dan akses pasar, dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GAP), serta mengembangkan pasar internasional untuk produk pisang,” jelas Liferdi.

Namun, dia juga menekankan pentingnya revolusi dalam praktik budidaya pisang yang lebih ramah lingkungan. Penerapan teknologi dan teknik pertanian modern serta inovasi dalam pengelolaan pascapanen diharapkan bisa menjaga keberlanjutan kualitas dan memenuhi standar pasar internasional.


Pengembangan Pisang Mas Kirana di Lumajang

Pisang Mas Kirana yang berasal dari Kabupaten Lumajang merupakan salah satu varietas unggul nasional dengan kualitas yang sudah dikenal baik di dalam dan luar negeri. Kabupaten Lumajang sendiri telah berkomitmen untuk menjadi sentra produksi Pisang Mas Kirana yang berdaya saing tinggi, baik di pasar domestik maupun global.

Indah Wahyuni, PJ Bupati Lumajang, menyambut baik perhatian Kementan dan FAO terhadap komoditas pisang di wilayahnya. Ia mengungkapkan bahwa saat ini Lumajang memiliki areal pertanaman Pisang Mas Kirana seluas 1.218 hektare dengan produksi mencapai 5.497 ton pada 2023. Wilayah yang terkenal sebagai sentra pisang ini meliputi Kecamatan Senduro, Pasrujambe, Gucialit, Tempusari, Banuyoso, dan Randuagung.

"Pisang Mas Kirana sudah terkenal tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Kami berkomitmen untuk mendukung penuh program OCOP ini dan berharap bisa menjadikan Lumajang sebagai kabupaten pisang nasional yang menjadi teladan bagi daerah lain,” jelas Indah Wahyuni.

Pisang Mas Kirana juga pernah memperoleh berbagai sertifikasi internasional, seperti Global GAP, sertifikat organik, serta sertifikat Prima 3, yang semakin mengukuhkan kualitas dan daya saingnya di pasar global.


Menyiapkan Petani untuk Pasar Global

Liferdi menegaskan, untuk menjadikan Pisang Mas Kirana sebagai produk unggulan global, perlu ada upaya besar dalam pemberdayaan petani, terutama dalam penerapan praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu langkah yang diambil adalah memberikan pelatihan kepada petani untuk meningkatkan kualitas produksi, serta mengenalkan mereka pada standar-standar internasional agar produk pisang mereka dapat diterima di pasar global.

Tiga target utama dalam proyek OCOP ini adalah:

1. Memberdayakan petani melalui pelatihan yang komprehensif dalam praktik pertanian berkelanjutan.

2. Meningkatkan praktik penanganan pasca panen untuk menjaga kualitas pisang dan memperpanjang umur simpannya.

3. Memperkuat keterlibatan pasar internasional untuk meningkatkan pendapatan petani dan mempercepat diversifikasi pasar.

Menurut Ageng Herianto, Perwakilan FAO untuk Indonesia, program OCOP ini sangat strategis untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan Indonesia, termasuk pisang. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi ketahanan pangan dan kesejahteraan petani Indonesia, serta mendorong pertumbuhan sektor pertanian pisang yang lebih tangguh dan berdaya saing.

"Dengan program OCOP ini, kami berharap Pisang Mas Kirana bisa menjadi komoditas yang tidak hanya dikenal di pasar domestik, tetapi juga mampu bersaing di pasar internasional. Ini adalah langkah besar bagi masa depan pertanian pisang Indonesia," tambah Ageng.

Dengan perhatian besar dari FAO dan kolaborasi antara Kementan dan pemerintah daerah, Pisang Mas Kirana siap menorehkan prestasi lebih lanjut sebagai produk unggulan Indonesia di pasar global.